.

31 Mei 2008

Bisnis Keluarga Harus Tetap Gunakan Sistem Upah

Bisnis keluarga harus dikelola profesional. Grafis by: www.freevector.com
MENJALANKAN bisnis keluarga sepertinya simpel dan tidak rumit. Sebab, biasanya top managemen diisi oleh anggota keluarga maupun sanak famili. Sehingga, dalam pengelolaannya pun masih menggunakan sistem kekeluargaan.

Namun, agar sebuah bisnis keluarga menjadi lebih maju, sebenarnya bisnis harus mulai dijalankan secara profesional. Termasuk dalam hal pengelolaan finansial. Meskipun dalam prekteknya tak harus kaku dan formal layaknya bisnis profit biasa.

"Untuk menghindari kerancuan serta masalah keuangan di masa mendatang, sebaiknya sebuah bisnis keluarga tetap dikelola dengan sistem penggajian. Yakni seluruh anggota keluarga yang terlibat dalam pengelolaan bisnis diberikan upah dengan sistem gaji," ungkap Riginoto Widjaya, pengamat keuangan kota Batam.





Dengan adanya sistem upah, pengelolaan keuangan akan menjadi lebih terarah. Sebab, pemasukan dan pengeluaran akan lebih mudah dikontrol. Sehingga, memperkecil kemungkinan pemakaian uang perusahaan untuk keperluan pribadi.

"Selain mempermudah pengontrolan pengeluaran uang, sistem gaji juga akan memberikan kesempatan seluruh anggota keluarga untuk turut serta menyumbangkan pikiran dan tenaga untuk mengembangkan usaha bersama. Dan sebagai kompensasi atas kerja kerasnya itu diberikan upah atau gaji," ungkapnya.

Selain sistem pengelolaan keuangan secara profesional, sebuah bisnis keluarga juga harus dibentuk dengan dasar komitmen serta kesepakatan yang kuat. Sebab, keberadaan komitmen akan membantu menghindari peluang konflik di masa mendatang.

"Meski bisa diselesaikan dengan mufakat, tetapi bisnis keluarga juga rentan dengan konflik. Biasanya karena tidak semua pengelola bisnis keluarga siap dengan aturan main yang diberlakukan. Nah, saat itulah diperlukan satu komitmen bersama terkait tujuan pendirian bisnis bersangkutan," terang Riginoto. (*)


Perluas Bisnis dengan Sistem Saham

BERAWAL dari modal kecil dan karyawan yang sedikit, bukan mustahil sebuah bisnis yang semua hanya dikelola anggota keluarga bisa berkembang pesat bahkan menggurita di mana-mana.

Namun, untuk bisa mencapai ke arah sana pasti membutuhkan pengelolaan serta perencanaan matang.

"Saat ingin mengembangkan usaha keluarga, sistem saham bisa menjadi pilihan. Dengan begitu, pengembangan usaha akan lebih mudah dilakukan karena sistem bagi hasilnya pasti akan lebih jelas," ungkap Riginoto Widjaya, Pengamat Keuangan Kota Batam.

Penerapan sistem saham ini, menurutnya, akan lebih baik dilakukan sejak dibukanya usaha bersama tersebut.

Sebab, sistem saham sebenarnya tak hanya bisa diterapkan untuk usaha dalam skala besar saja tetapi bisa juga untuk usaha kecil.

Apalagi, selain membantu dalam sistem bagi hasil, keberadaan sistem saham juga akan membantu menekan kemungkinan munculnya konflik dalam tubuh manajemen perusahaan.

Sebab, seiring perkembangan usaha biasanya pendapatan yang diperoleh juga akan semakin besar. Sehingga, dengan sistem pembagian yang jelas tentu kemungkinan konflik akan bisa diminimalkan.

"Sistem saham juga bisa membantu membangkitkan semangat bekerja pengelola usaha. Itu karena pembagiannya jelas. Dengan adanya kejelasan pembagian keuntungan, biasanya orang tidak akan bekerja setengah-setengah," ungkapnya. (*)


Bekali Diri dengan Ilmu Keuangan

SEBUAH bisnis keluarga yang notabene dikelola oleh anggota keluarga tidak semuanya memiliki bekal ilmu keuangan memadahi.

Bahkan tidak jarang usaha tersebut hanya dikelola oleh pegawai yang memiliki ilmu keuangan yang pas-pasan.

Tetapi minimnya ilmu keuangan tersebut tak berarti akan membuat usaha tidak berkembang atau kemungkinan terburuknya bangkrut. Sebab, tidak sedikit usaha keluarga yang masih bisa tetap bertahan meskipun dikelola secara sederhana pastinya dengan ilmu yang pas- pasan.

"Jika usaha ingin berkembang, mau tidak mau pihak manajemen harus mulai menggunakan tenaga profesional yang handal di bidangnya untuk turut mengelola usaha. Termasuk penyediaan tenaga keuangan. Sebab, bila tetap akan dikelola anggota keluarga, manajemen biasanya akan berhadapan dengan mentoknya kualitas SDM yang kurang memadahi," kara Riginoto Widjaya.

Namun, masih adanya budaya tertutup atau tidak ingin ada "orang luar" ikut mengelola usaha keluarga terkadang menyulitkan sebuah usaha berkembang secara pesat. Kondisi itu akhirnya membuat usaha mentok pada titik tertentu atau titik maksimal dari kemampuan yang bisa dilakukan.

Tetapi, coba kita bayangkan, bagaimana hebatnya, jika perusahaan keluarga juga dibantu dengan dasar konsep keuangan yang baik serta tenaga profesional di bidang keuangan. Tentu hasilnya akan lebih dasyat.

Alternatif yang bisa dipilih, perusahaan keluarga bisa mengambil manfaat dari corporate finance atau financial management, maupun financial planning. Hal itu karena perusahaan ini memang mempunyai bisnis yang riil, walaupun dalam skala kecil dan dalam bidang yang sempit (terfokus).

Selain itu, karena sifatnya adalah sebuah perusahaan keluarga, atau milik pribadi, banyak hal yang campur aduk. Antara urusan bisnis (perusahaan) dengan urusan pribadi (keluarga).

Tidak ada pemisahan yang jelas. Misalnya, rumah dan kantor termasuk fasilitasnya jadi satu.

Kenyataan seperti bisa saja menguntungkan maupun merugikan. Tetapi bila masalah keuangan dikelola dengan baik kesuksesan tentu hanya tinggal menunggu waktu.

Penerapan ilmu keuangan perusahaan juga penting diterapkan untuk masalah permodalan. Misalnya terkait struktur modal perusahaan,seberapa besar utang yang diperlukan, institusi dan produk keuangan apa yang perlu digunakan, dan sebagainya.

Ilmu keuangan juga akan bermanfaat saat ada keinginan membeli barang modal, apakah sebaiknya sewa, beli tunai, leasing, atau mengambil kredit dari bank. Contoh lain, adalah tentang merger & acquisition. Jika ada partner yang ingin bergabung, atau menggabungkan usahanya, bagaimana menghitung nilai atau harga perusahaan (valuation), dan sebagainya.

Perusahaan keluarga juga akan membutuhkan teknik perencanaan keuangan untuk mempersiapkan kebutuhannya atau tujuannya di masa depan, seperti investasi. Misalnya pembelian mesin, pembukaan cabang, atau pemekaran usaha. (*)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan komentar Anda