.

14 Mei 2008

Kurang Protein Saat Hamil bisa Sebabkan Anak Cacat


KELAHIRAN seorang bayi mungil tanpa lubang anus, bukan hal baru dan kerap kita dengar lewat media massa.

Dan yang bikin miris, kebanyakan malaikat kecil itu terlahir dari kalangan tidak mampu.

Jika dilihat dari fisiknya, sebenarnya mereka memiliki lubang anus layaknya orang normal.

Hanya saja, saluran antara anus dan usus tidak tersambung sehingga tak bisa berfungsi normal.




"Atresiani terjadi karena proses penyambungan bakal anus dan bakal usus sewaktu janin dalam kandungan terhenti. Akibatnya antara dua organ tersebut tidak bisa berperan secara sempurna mengalirkan kotoran sisa pencernaan dari usus," ungkap dr Tjahja Sanggara SPOG, dokter spesialis kebidanan dan kandungan RS Awal Bros Batam.


Meski kelainan pada janin sudah terjadi sejak bayi berada dalam kandungan, tetapi tanda-tanda kelainan tersebut tidak bisa dideteksi secara pasti.

Termasuk menggunakan ultrasonografi (USG) 4 dimensi sekalipun.

"Untuk deteksi secara pasti memang sulit dilakukan. Hanya saja kemungkinan tersebut masih bisa terjadi walaupun cukup jarang. Misalnya dengan mempelajari gelembung-gelembung gas pada usus yang lebih banyak dibanding janin biasa," ungkapnya.

Mengenai penyebab terjadinya kelainan atresiani pada bayi, menurut Tjahja biasanya akibat ibu si bayi mengalami kekurangan asupan protein selama kehamilan. Kekurangan protein itulah yang menyebabkan pertumbuhan sel janin dalam kandungan tidak bisa berjalan maksimal. Satu di antaranya mengakibatkan kelainan atresiani.

Karenanya tak mengherankan bila kasus atresiani lebih banyak dialami masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi.

Sebab, kebanyakan tak sanggup menyediakan nutrisi cukup untuk perkembangan janin dalam kandungan.

Dengan perbandingan kasus 1:500, kasus atresiani juga cukup banyak menimpa masyarakat yang berasal dari negara berkembang serta negara miskin.

Selain kurangnya pengetahuan akan arti penting asupan protein selama kehamilan, masyarakat bersangkutan juga memiliki keterbatasan ekonomi untuk menyediakan asupan protein yang memadahi. (*)



Protein tak harus Daging

PROTEIN merupakan zat pembangun yang sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama untuk pertumbuhan, perkembangan badan, pembentukan jaringan-jaringan baru serta pemeliharaan tubuh. Sehingga setiap orang membutuhkan zat ini termasuk wanita hamil.

Mengingat janin dalam kandungan memperoleh zat-zat makanan termasuk protein dari ibu melalui plasenta, secara otomatis ibu hamil harus benar-benar memperhatikan asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu dan juga janin.

Apalagi, protein memberikan peranan penting untuk kelangsungan pertumbuhan sel-sel janin agar sempurna.

Sehingga, seorang wanita hamil yang kekurangan protein lebih berpeluang memiliki bayi yang kurang sempurna. Misalnya atresiani, bibir sumbing, serta kelainan fisik lainnya.

"Protein bisa bersumber dari hewani maupun nabati. Untuk sumber hewani, protein bisa diperoleh dengan mengonsumsi daging, ikan, ayam, dan telur. Sementara protein nabati berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti kacang-kacangan, biji-bijian, tahu, atau tempe," ungkap dr Tjahja Sanggara SpOG, dokter spesialis kebidanan dan kandungan RS Awal Bros Batam.

Dengan adanya pilihan sumber protein tersebut, seharusnya setiap orang lebih mudah memenuhi asupan protein yang dibutuhkan oleh tubuh.

Sebab, untuk mendapatkan zat protein bukan berarti harus mengonsumsi daging yang harganya relatif mahal tapi bisa juga tahu dan tempe.

Apalagi, protein nabati memiliki kandungan protein yang tak kalah dengan protein hewani.

"Konsumsi susu kedelai atau soya juga bisa membantu menambah asupan protein untuk tubuh. Dan bagi wanita hamil, sebaiknya konsumsi protein yang cukup dilakukan sejak awal kehamilan," jelasnya.

Sumber protein lain yang memiliki harga relatif terjangkau adalah telur. Sebab, telur diyakini sebagai sumber protein yang terbaik.

Selain mengandung asam amino yang diperlukan manusia, telur juga mudah dicerna dan diserap oleh tubuh.

Tak hanya itu, protein telur juga mampu mengubah protein sumber makanan lain supaya lebih berguna bagi tubuh. (*)



Pasca Operasi Bisa Tetap Hidup Normal

MENDAPATI anak terlahir dengan kondisi kurang sempurna sudah pasti membuat orangtua bersedih.

Sebab, setiap orangtua pasti mengharapkan kehadiran buah hati yang sehat dan sempurna. Tetapi, terkadang keinganan tersebut tak selamanya bisa terkabul.

Bagi orangtua yang memiliki momongan dengan kelainan atresiani sebenarnya tak perlu berkecil hati.

Sebab, meskipun di awal-awal kelahiran anak orangtua cukup kerepotan merawat anak, tetapi setelah dilakukan tindak pembedahan biasanya anak akan bisa hidup normal seperti anak lainnya.

"Walau terlahir dengan kelainan atresiani, tetapi setelah dilakukan operasi penyambungan saluran anus dan usus, anak akan bisa hidup normal seperti anak lainnya. Dan biasanya secara fisik mereka juga tidak akan ada masalah," ungkap dr Dewi Metta, SpA, dokter spesialis anak RS Awal Bros Batam.

Mengenai penanganan kelainan atresiani, dimulai dengan deteksi awal yang bertujuan untuk memastikan apakah bayi lahir secara sempurna atau tidak.

Jika ternyata ditemukan kelainan atresiani, maka dokter harus memberikan tindakan melalui pembuatan lubang buatan atau colostomi di perut.

"Pembuatan lubang pembuangan sementara ini dilakukan untuk mengeluarkan kotoran dari dalam usus sebelum dilakukan penyambungan saluran anus dengan ujung usus agar anus berfungsi normal. Sehingga, penanganan atresiani membutuhkan operasi dalam dua tahap," jelas dr Tjahja Sanggara SpOG, dokter Spesialis Kebidanan dan Kedokteran RS Awal Bros Batam.

Tahapan tersebut adalah operasi pembuatan lubang pembuangan kotoran sementara di bagian perut. Dan beberapa bulan kemudian bisa dilakukan operasi tahap kedua dilakukan penyambungan anus dengan usus paling ujung atau biasa disebut anoplasti. (*)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan komentar Anda