12 Mei 2008

Empati Anak Penting untuk Ditumbuhkan


SECARA alamiah setiap orang pasti memiliki rasa egois serta keinginan mementingkan diri sendiri. Hal itu manusiawi dan wajar sepanjang rasa egois tidak berlebihan tertanam dalam diri seseorang atau bahkan merugikan orang lain.

Namun, sebenarnya rasa mementingkan diri sendiri yang dimiliki setiap orang tersebut, dapat diolah sedemikian rupa agar bisa dikendalikan sehingga seseorang memiliki rasa kepedulian atau empati pada orang lain.

"Untuk bisa memunculkan rasa peduli atau empati pada orang lain harus dilakukan sejak dini atau sejak masa kanak-kanak. Dan keberadaan rasa peduli ini tak bisa muncul sendiri tapi harus terus dipupuk," jelas Evy Rakyani, Psikolog anak Kota Batam.

Selama proses pemupukan rasa empati tersebut, sebisa mungkin libatkan anak dalam setiap momen berbagi. Misalnya saat berjalan-jalan di mal, berikan kesempatan pada anak untuk memilih oleh-oleh untuk kakak, atau saudaranya. Dengan begitu, anak akan memiliki inisiatif dan selalu memikirkan orang lain dalam setiap kesempatan.

"Orangtua juga dapat melibatkan anak saat membeli banyak barang untuk dibagikan pada orang lain. Baik saudara, teman, atau tetangga mereka. Sembari berbelanja, jelaskan pada anak bahwa kita harus selalu berbagi dengan sesama," kata Evy.

Proses pelibatan anak tersebut bertujuan untuk menggugah rasa peduli anak terhadap orang lain. Sebab, biasanya anak kecil akan cenderung lebih susah berbagi serta kurang memiliki rasa kasihan saat melihat orang lain atau temannya yang tidak memiliki apa yang dia miliki.

Jika rasa kepedulian terhadap sesama sudah tertanam dalam diri anak, ke depannya anak akan lebih mudah beradaptasi serta berempati saat masuk dalam area sosial. Misalnya di lingkungan sekolah maupun taman bermain.
foto: freepik.com

Proses menggugah rasa empati anak juga dapat dilakukan dengan memberikan cerita- cerita tentang derita yang dialami orang lain terutama anak sebayanya. Misalnya anak jalanan, anak korban bencana, anak yatim piatu, dan sebagainya. Bagaimana susahnya mereka kehilangan rumah, orangtua, atau tidak memiliki makanan untuk dimakan.

"Setelah bercerita tentang kesedihan yang dialami anak lain, orangtua bisa mengajaknya untuk menyumbang serta menyisihkan sedikit uang bagi mereka. Selain bisa menumbuhkan rasa empati, cerita itu diharapkan juga dapat membuat anak menjadi lebih bersyukur atas hidup yang dijalaninya," kata Evy. (*)



Orangtua Harus Selalu Memberi Contoh

Foto: freepik.com

RASA empati serta kegemaran berbagi bisa juga ditumbuhkan dengan cara mencontohkan pada anak-anak. Sebab, bermula dari melihat apa yang dilakukan orangtuanya, lama kelamaan anak akan tergugah untuk mengikuti apa yang dilakukan orangtuanya.

"Dalam proses pembelajaran apapun pada seorang anak, contoh dari orangtua merupakan kunci utama. Sebab, sebaik apapun orangtua memberikan nasehat pada anak bila tidak diberikan contoh hasilnya tak akan maksimal," kata Evy Rakryani.

Terutama pada anak-anak yang masuk dalam kategori the golden age atau masa keemasan yakni antara usia 3-5 tahun. Sebab, pada usia ini anak sudah mulai mengalami perubahan baik fisik dan mental. Termasuk munculnya egosentris yakni adanya pikiran bahwa segala yang ada dan tersedia adalah untuk dirinya dan untuk memenuhi kebutuhannya.

Kuatnya egosentris ini akan mempengaruhi perilaku anak dalam bermain. Saat bermain anak enggan meminjamkan mainanannya pada anak lain juga menolak mengembalikan mainan pinjamannya. Jika sudah begitu, orangtua harus mencontohkan bagaimana berbagi dengan orang lain. Sebab, jika tidak dibantu oleh orangtua, anak akan cenderung menghindar dan menyalahkan orang lain.

Pemberian contoh bagaimana cara berbagi kepada anak akan sangat membantu mereka dalam mengkondisikan diri saat berada di lingkungan sosial. Mereka akan langsung tahu bagaimana harus bersikap dan menghadapi orang lain.

"Terkadang tidak sedikit orangtua yang justru salah memberikan contoh pada anak-anak mereka. Misalnya dengan menyembunyikan mainan agar tidak diminta orang, atau contoh lain yang akan dipahami anak bahwa semua yang tersedia adalah miliknya dan tidak boleh dibagi," ujarnya.

Tindakan tersebut tak hanya akan membuat anak sulit berbagi dengan orang lain tetapi juga akan membuat rasa empati dalam diri anak tidak berkembang. Karenanya, sebisa mungkin orangtua harus selalu mengajarkan anak bagaimana harus berbagi. Memang berbagi apa yang kita suka akan terasa berat, tetapi kalau tidak dibiasakan hal tersebut akan membuat anak tidak memiliki rasa peduli dengan orang lain. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan komentar Anda