23 September 2008

Ajari Anak Berbagi Sejak Dini

Mengajari anak berbagi sejak dini bisa melatih anak menjaga ego
BAGI anak usia balita atau pra sekolah, berbagi benda-benda miliknya terkadang menjadi saat yang kurang menyenangkan.

Sehingga, tak jarang anak akan cenderung enggan berbagi apapun yang dianggap berharga bagi anak.

Sebenarnya kondisi tersebut merupakan hal yang wajar mengingat pada usia balita atau pra sekolah memang ada fase perkembangan anak, di mana anak belum mau berbagi dengan orang lain.


  


Pada masa ini, egosentrisme membuat anak terdorong insting untuk mempertahankan hak miliknya.


Dan jika dia memberikan sesuatu pada oranglain, maka anak akan merasa kehilangan.

Sehingga 'survive instict' nya membuat anak tidak mau memberikan mainan, makanan, ibunya, dan sebagainya.

Terlebih bila benda-benda yang harus diberikan tersebut dianggap sangat 'berharga' baginya.

"Keinginan anak untuk mempertahankan apa yang menjadi miliknya memang hal yang normal. Namun, sebaiknya sejak dini orangtua harus tetap melatih anak agar mau berbagi dengan oranglain. Tentunya disesuaikan dengan perkembangan kognitif dan sosial anak,"terang Bibiana Dyah Sucahyani, Psikolog Anak kota Batam.


Apalagi, bila rasa egois anak sudah tidak lagi sebatas mempertahankan hak miliknya tapi mulai mengambil milik oranglain.

Misalnya saja mengambil mainan milik teman, dan lainnya. Kondisi ini bisa terjadi karena tingginya rasa memiliki anak terhadap sesuatu.

Pada kondisi tersebut anak belum berlatih untuk membedakan kepemilikan, serta belum terlatih kesopanan bemain.

Bila hal itu terjadi, ajaklah anak untuk 'memisahkan' diri dulu dari lokasi perebutan, diskusikan pada anak akibat yang dilakukannya.

Selanjutnya, ajarkan lagi pada anak untuk meminta ijin terlebih dahulu jika ingin meminjam.

"Jangan menghukum atau menyalahkan anak karena ini justru membuat anak membenci teman yang direbut mainannya tersebut. Atau bahkan anak justru merasa ibunya lebih memihak si teman daripada dirinya,"terang Dhea, panggilan akrab Bibiana.

Untuk mengatasi tingginya sikap egois anak pada oranglain yang berlebihan, orangtua bisa memperlihatkan bahwa mereka tidak menyukai sikap egois anak.

Teguran yang tegas, konsisten, namun tidak kasar, akan mengajarkan pada anak bahwa di dalam keluarga diterapkan sifat murah hati.

Dalam mengajari anak berbagi, orangtua harus selalu menekankan bahwa di dalam keluarga harus dibiasakan memiliki sifat berbagi.

Sebut saja, belajar berbagi mainan dengan adik atau kakak, dan sebagainya.

Dan jika anak masih belum mau berbagi, sekali lagi jangan menghukumnya.

Sebab, hukuman hanya akan membuat anak semakin membangkang.

Jika anak tetap tidak mau berbagi, cari tahu alasan anak dan bijaksanalah untuk mengalihkan permainan atau perhatian agar tidak terjadi keributan.

Misalnya karena terjadi rebutan mainan, dan sebagainya.

Dan bila anak sudah mulai mau berbagi, jangan lupa memberikan pujian, rasa senang dan bangga atas sikap si kecil.

Selain tindakan anak memang pantas dipuji, sikap manis orangtua diharapkan bisa membuat anak berubah menjadi baik hati dan pemurah. (*)


  

Ajari Nilai Moral Lewat Dongeng

MENGAJARI anak cara berbagi dengan oranglain pada fase di mana rasa egois anak sangat tinggi sudah pasti bukan hal yang mudah.

Apalagi, bila lingkungan sekitar kurang mendukung keinginan Anda untuk mengubah sikap si kecil.

Karenanya, cara yang paling efektif untuk menanamkan kebiasaan berbagi dengan oranglain adalah dengan memberikan contoh sehari-hari yang ditunjukkan oleh lingkungannya pada anak.

Dengan contoh yang dilihatnya, anak bisa belajar bagaimana caranya berbagi dengan oranglain.

Contoh yang diberikan tak harus selalu dengan tindakan besar.

Sebab, contoh kecil pun akan berpengaruh besar pada anak.

Sebut saja, saat ibu memotong kue, mintalah tolong si kecil memberikan sebagian untuk kakak, ayah, pembantu, dan sebagainya.

Jika kita sedang membaca, ajak dan tawarkan pada anak kalau-kalau ingin melihat-lihat juga.

Atau saat ibu membeli sesuatu, mintalah anak untuk memilihkannya satu untuk kakak atau untuk orang lain. Ini akan melatih anak peka terhadap kebutuhan oranglain.

"Mengajak anak menyelesaikan tugas bersama bisa juga menjadi cara mengajarkan anak agar mau berbagi. Misalnya masak bersama, mencuci mobil bersama, main bersama, olahraga bersama, dan lainnya,"terang Bibiana Dyah Sucahyani.

Hal tersebut akan membantu anak merasakan indahnya kebersaamaan, sehingga kita membutuhkan orang lain di sekitar kita.

Selain itu, orangtua juga bisa menanamkan nilai-nilai moral tentang arti penting berbagi melalui dongeng.

Misalnya dongeng yang berisi tentang manfaat berbagi serta resiko atau akibat jika tidak mau berbagi.

"Bedakan pula antara berbagi, mengalah serta 'mengaman'kan benda privasi. Karena tidak semuanya bisa dibagi atau tidak ingin dibagi dengan temannya,"ungkapnya.

Sebut saja, mainan baru yang sangat disenangi anak.

Jika banyak teman yang akan datang dan kemungkinan besar merusak, ajarkan pada anak untuk menyimpan dengan tujuan merawat mainannya.

Selain itu, izinkan anak untuk menyimpan dan tidak memamerkan mainan yang tidak ingin dibagi dengan temannya atas keinginan anak. (*)





Simpan Mainan Lama untuk Dibagi

SELAIN menghilangkan sikap egois, kebiasaan berbagi dengan oranglain secara perlahan juga akan memunculkan empati anak pada oranglain.

Sebab, saat anak terbiasa berbagi, mereka juga akan belajar bagaimana mengenali kebutuhan orang di sekitarnya.

Misal saat dia mengatakan ingin cokelat, anak juga harus dibiasakan untuk berpikir, kira-kira menurut dia apa yang oranglain inginkan.

Dengan begitu anak terbiasa memikirkan bahwa orang lain pun mempunyai keinginan dan keperluan.

Kebiasaan itu diharapkan akan membuat anak tidak egois, tidak mementingkan diri sendiri, dan peka akan kebutuhan orang lain.

"Saat anak berada di lingkungan yang peduli dan mau berbagi dengan oranglain, anak akan lebih mudah melakukan hal yang sama,"jelas Bibiana Dyah Sucahyani.

Perlu diketahui, rasa kepedulian, sikap sosial serta peka terhadap permasalahan lingkungan merupakan sesuatu yang bisa diasah dan dipelajari.

Sehingga melatihnya sejak dini menjadi penting untuk disegerakan agar anak lebih terasah dan peka pada lingkungan.

"Orangtua bisa membiasakan anak menyisihkan tabungan untuk berderma atau bersedekah. Atau tidak membuang mainan serta majalah bekas untuk disimpan dan diberikan anak lain yang mau membaca,"terang Dhea, memberikan contoh.

Cara lain untuk menumbuhkan kepedulian adalah dengan memberikan beberapa mainan untuk anak-anak korban kebakaran, membagi makanannya dengan anak pengemis di jalanan, dan lainnya. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan komentar Anda