.

17 Oktober 2014

Mari Jaga Listrik (Anak Cucu) Kita

DUA hari lalu, saya blogwalking ke sejumlah blog. Eh, liat ada yang lagi ikutan lomba penulisan.
Suasana gedung PLN Batam di Batam Centre

Tapi begitu liat tanggal deadline jadi nggak kebayang gimana cara nulisnya. Hihihi...

Tapi nggak apa-apa lah. Walaupun deadline mepet nggak ada salahnya ikut berpartisipasi memeriahkan lomba PLN.




Apalagi, temanya seru banget soal memberi masukan buat PLN. Soalnya, yang namanya PLN selalu jadi idola dan jadi bahan pembicaraan, khususnya daerah yang sering mati lampu.

Beruntung di kota saya tinggal di Batam jarang banget mati lampu. Kalau pun mati biasanya karena terkait force majeur alias keadaan memaksa. Misalnya akibat pasokan gas yang terhambat atau karena perawatan mesin sehingga kemampuan melayani kebutuhan listrik jadi berkurang.


Beda banget dengan kondisi beberapa tempat lain di Indonesia. PLN kerap menjadi hot topic status akibat sering byar pet.

Nggak jauh-jauh dari Batam, wilayah yang sering mati lampu adalah Tanjungpinang.

Meski berstatus ibukota provinsi serta berada dalam satu provinsi yakni di Provinsi Kepulauan Riau, tapi kondisi listrik di kota Gurindam ini beda jauh. 

Makanya nggak heran kalau hampir tiap hari, ada saja status yang muncul berisi omelan bahkan cacian akibat seringnya mati lampu.

Ya, sebenarnya sih manusiawi sekali kalau temen yang tinggal di sana ngomel.

Soalnya, pemadaman lampu sudah pasti menyebalkan apalagi kalau malam hari. Panas, banyak nyamuk sampai anak ngamuk karena kepanasan. Hihihi...

Bagi saya pribadi sih, mending kita membayar lebih, tapi listrik selalu tersedia saat dibutuhkan daripada membayar murah tapi sering byar pet.

Tidak cuma mengganggu, kondisi itu juga berpotensi merusak peralatan elektronik di rumah. Bagi saya lho...

Keberuntungan yang saya rasakan sebagai warga Batam yang jarang mati lampu tersebut bukan tanpa sebab mengingat PLN Batam adalah perusahaan swasta anak perusahaan PT PLN (Persero) yang menyediakan listrik bagi kepentingan umum khusus Pulau Batam.

Jadi jangan heran jika di kota ini jarang byar pet.

Tapi, jangan tanya soal tarifnya. Hehehe...tarif  listrik di Batam jelas jauh lebih mahal dibandingkan tarif PLN lain di seluruh Indonesia yang menggunakan tarif standar tarif standar yang ditetapkan Perusahaan Listrik Negara (PLN).




Mengingat penting dan vitalnya ketersediaan listrik bagi kelangsungan hidup masyarakat dan investasi, menurut saya, PLN harus lebih banyak melakukan swastanisasi PLN serta merangkul pihak swasta untuk bekerjasama.

Agar, semakin banyak wilayah yang memiliki layanan listrik yang baik. Terutama untuk kota- kota besar.

Sehingga, PLN bisa lebih konsentrasi melayani listrik di wilayah pelosok yang hingga kini masih menjadi PR besar bagi PLN.

Apalagi, berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), di Jawa saja hingga Juni 2014, daftar tunggu untuk mendapatkan layanan listrik mencapai 300 MW.

Selain itu, 19,5 persen penduduk Indonesia juga belum menikmati layanan listrik. Jika tidak dibantu swasta, pemerintah tentu akan kesulitan memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia.

Belum lagi, PLN juga harus memikirkan pemutakhiran teknologi wilayah yang sudah tidak mampu lagi mengimbangi kebutuhan listrik dari penduduk yang terus berkembang.

Jika ditangani sendiri, tentu akan menyulitkan PLN.

Dalam siaran pers yang dimuat di situs resmi PLN tanggal 1 Oktober, PLN mengakui adanya tantangan yang dihadapi PLN pada masa yang akan datang.

Yakni, menemukan cara untuk mempercepat penambahan rasio elektrifikasi Indonesia dengan tantangan tiap tahun terdapat minimal 3 juta pelanggan baru yang harus disambung.

Pada tahun 2013, konsumsi listrik telah mencapai 876 kWh per kapita dan akan terus meningkat hingga 1.300 kWh per kapita pada tahun 2020 sehingga dibutuhkan kesiapan penyediaan infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan konsumsi listrik sebesar 7% - 8% dan permintaan tenaga listrik sekitar 9% per tahun atau setara dengan penambahan daya listrik sekitar 5.000 MW.

Hingga Desember 2013, rasio elektrifikasi Indonesia mencapai 81% dan mengalamai peningkatan 13% dalam tiga tahun terakhir.

Pembangunan infrastruktur tentu harus sejajar dengan pembangunan produksi dalam negeri, sehingga industri dalam negeri perlu terus didorong.

Dengan belanja modal sebesar Rp 50 triliun per tahun, PLN akan selalu menjaga prinsip "Bersih, Profesional, Beretika" dalam melaksanakan kerja sama dengan berbagai pihak.

Dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan, semua stakeholder diajak untuk mendukung upaya PLN agar semua masyarakat dapat menikmati listrik yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemajuan perekonomian Indonesia.

Hal itu jugalah yang mendorong PLN untuk menggiatkan upaya merangkul banyak pihak swasta untuk bersama-sama mengatasi masalah kelistrikan di Indonesia.

Sebut saja, kesepakatan PLN dengan dua pengembang listrik swasta untuk memperkuat pasokan listrik di daerah-daerah, Rabu (15/10), kemarin.

Sebagaimana dikutip dari www.pln.co.id , Direksi PLN dan Direksi dua pengembang listrik swasta menandatangani kesepakatan di Kantor PLN Pusat.

Dalam kesepakatan tersebut, PLN menggandeng PLTA Batang Toru untuk mengatasi beban puncak di Sumatera Utara dan PLTU Kalsel 2 X 100 MW.

Nah, biar lebih jelas, bisa kita simak apa saja kesepakatan tersebut:

*PLTA Batang Toru

Kesepakatan pengembangan dan pembangunan PLTA Batang Toru ini telah ditandatangani dalam bentuk Head of Agreement (HoA) antara Direktur PLN Murtaqi Syamsuddin, Direktur PLN Bagiyo Riawan dan Direktur Utama Dharma Hydro Nusantara, Anton Sugiono.PLN menggandeng pihak swasta untuk membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Batang Toru dengan daya sekitar 500 Mega Watt (MW) dan akan difungsikan sebagai pemikul beban puncak listrik (peaker) di Sumatera Utara.

Pengembangan PLTA Batang Toru dimaksudkan untuk penyediaan tenaga listrik di sistem Sumatera Utara sebagaimana dimanatkan dalam RUPTL PLN 2013-2022, PLN memerlukan penambahan kapasitas pembangkit untuk dapat memenuhi kebutuhan tenaga listrik dan pemikul beban puncak di sistem Sumatera Bagian Utara. Proyek ini merupakan proyek yang tidak mensyaratkan adanya jaminan dari Pemerintah melalui Surat Jaminan Kelayakan Usaha / SJKU (Business Viability Guarantee Letter / BVGL). Pendanaan proyek, selain dari ekuitas dari Konsorsium juga akan didukung oleh lembaga perbankan Goldman Sachs (Asia) L.L.C. untuk komitmen dalam hal pendanaan Proyek.

*PLTU Kalsel 2 X 100 MW

PT PLN (Persero) menandatangani Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik atau Power Purchase Agreement (PPA) dengan PT Tanjung Power Indonesia (TPI), sebuah perusahaan patungan milik PT Adaro Power dan Korean East West Power (EWP), yang akan membangun Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Kalimantan Selatan (Kalsel) berkapasitas 2 x 100 MW di Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan. Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama PLN, Nur Pamudji dengan Direktur Utama PT TPI, Kee Cheng Chye di PLN Kantor Pusat, Jakarta (15/10).

Pengadaan proyek ini dilakukan melalui proses pelelangan umum dengan skema BOOT (Build, Own, Operate & Transfer), di mana pembangkit ini nantinya akan menjadi milik PLN setelah habis masa kontrak 25 tahun. Proyek ini termasuk dalam Proyek Fast Track Program tahap 2 (FTP-2) yang mendapatkan penjaminan Pemerintah dalam bentuk Surat Jaminan Kelayakan Usaha (SJKU).  Financing Date dijadwalkan akan tercapai dalam tempo 12 (dua belas) bulan setelah penandatanganan PPA.

PLTU Kalsel ini nantinya akan mensuplai energi listrik ke sistem kelistrikan Kalselteng sebesar 1.800 GWh per tahun melalui Gardu Induk (GI) Tanjung 150 kilovolt (kV), dan dijadwalkan akan mulai beroperasi komersial (COD = Commercial Operation Date) 33 (tiga puluh tiga) bulan setelah Financing Date. Untuk proyek ini, TPI akan memasang mesin/peralatan utama buatan Korea dan diperkirakan proyek ini akan menelan total biaya investasi sekitar 400 juta USD.

Perjanjian jual beli listrik ini merupakan upaya PLN untuk terus meningkatkan suplai energi listrik ke sistem kelistrikan Kalimantan Selatan dan Tengah (Kalselteng) sekaligus meningkatkan rasio bauran energi melalui pembangunan pembangkit baru non BBM. Sistem kelistrikan Kalselteng mencakup wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Kalimantan Tengah. Saat ini beban puncak sistem Kalselteng sebesar 382,82 Mega Watt (MW) dengan daya mampu sebesar 412,49 MW dan kapasitas pembangkit sebesar 527,11 MW.

Direktur Utama PLN, Nur Pamudji mengatakan dengan ditandatanganinya PPA antara PLN dengan TPI, maka proses pembangunan PLTU Kalsel dapat segera dilakukan. "Kalselteng banyak membutuhkan pasokan listrik. Saya senang sekali karena proyek ini akan menambah kapasitas listrik di Kalimantan Selatan dan Tengah, yang nantinya akan terinterkoneksi dengan Kalimantan Timur", ujar Nur Pamudji.

Sebelumnya, PLN juga telah menyiapkan sembilan PLTU untuk memaksimalkan layanan listrik di daerah. PLTU tersebut akan diresmikan Menko Perekonomian, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Chairul Tanjung. 
Pembangunan PLTU tersebut bertujuan untuk menekan tingginya biaya produksi dengan Bahan Bakar Minyak (BBM).  Penggunaan batu bara berkalori rendah sebagai bahan bakar utama bertujuan untuk menggantikan BBM dan membuat biaya produksi lebih murah. Untuk keterangan lebih lengkap bisa dicek DI SINI

Semangat PLN untuk memaksimalkan layanan bagi masyarakat tentu saja harus diapresiasi. Namun, sebagai masyarakat awam, kami tentu berharap pelayanan tersebut akan menjadi program berkelanjutan dan juga menyentuh semua lapisan masyarakat dan juga menjangkau seluruh pelosok daerah.
Sebab, di wilayah Kepulauan Riau masih cukup banyak yang belum bisa merasakan layanan listrik yang maksimal. Bukan saja, masyarakat di pelosok pulau, tapi juga masyarakat yang berada di ibukota Kabupaten ataupun ibukota kecamatan. Karena, tak sedikit warga pulau yang harus rela merogok kocek membeli genset dan hanya bisa merasakan aliran listrik di malam hari saja. Sementara yang sudah merasakan listrik, masih harus terus mengeluh akibat pemadaman listrik yang seolah tiada akhir. Semoga!


Giatkan Budaya Hemat Listrik

BELUM puas menyampaikan masukan, ide saya yang lain adalah PLN harus lebih maksimal dalam melakukan edukasi hemat listrik. Sebab, sebanyak apapun sumber listrik yang dimiliki, jika pola penggunaannya boros, pasti akan memunculkan masalah baru.

Selama ini, PLN memang sudah melakukan edukasi yang cukup gencar. Namun, tugas tersebut jelas masih jauh dari kata usai dan masih cukup berat. Kenapa berat? Karena ini terkait dengan way of life alias cara hidup seseorang. Dan 'seseorang' yang kita bicarakan di sini cakupannya sangat luas yakni seluruh pelanggan PLN yang berada di seantero nusantara. Sebagaimana kita tahu, saat ini tak sedikit masyarakat yang masih cuek untuk membiasakan diri agar lebih bijak dalam menggunakan energi listrik. Banyak yang berpikir asal kita bayar kan nggak masalah kita menggunakan sebanyak-banyaknya.

Padahal, semakin banyak masyarakat menggunakan listrik, semakin banyak juga subsidi yang harus digelontorkan. Selain itu, masyarakat juga wajib tau bahwa dengan berhemat listrik, kita bisa ikut menyelamatkan bumi dari pemanasan global. Mengingat listrik di Indonesia sebagian besar masih menggunakan bahan bakar fosil yang terbatas dan harus disisakan untuk generasi mendatang. Selain itu, penggunaan bahan bakar fosil berlebihan juga bisa menyebabkan pemanasan global.

Sebagai blogger, saya tentu mengapresiasi upaya sosialisasi yang dilakukan PLN lewat iklan di televisi, media massa, sosialisasi ke sekolah, menerbitkan buku edukasi bagi siswa TK hingga SMA, maupun menyebarkan brosur berupa ajakan hemat listrik.

Buktinya, saya masih ingat, iklan ajakan hemat listrik dengan mematikan lampu yang tak digunakan terutama saat waktu dimana terjadi beban puncak yakni jam 18.00 hingga 22.00 yang diiklankan oleh artis Lidya Kandau dan Jamal Mirdad. Menarik sih, cuma hasilnya menurut saya masih belum bisa maksimal alias belum banyak yang menyambut ajakan tersebut.

Pemerintah melalui Kementrian ESDM juga pernah meluncurkan Buku Hemat Energi (dan Air) untuk Siswa tingkat SD dan SMP bulan Maret 2013, lalu. Peluncuran Buku Hemat Energi (dan Air) ini merupakan salah satu bentuk upaya konkrit untuk mengajak berbagai lapisan masyarakat mensukseskan gerakan nasional Penghematan Energi (dan Air) yang secara resmi dicanangkan oleh Pemerintah melalui Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air.
Menteri ESDM, Jero Wacik menunjukkan buku hemat energi. Foto dokumentasi Diklat Kementrian ESDM



Edukasi tentang hemat energi (dan air) sejak dini merupakan isu yang sangat strategis, untuk itu Kementerian ESDM memilih kelompok anak usia tingkat SD dan SMP sebagai salah satu target edukasi untuk menanamkan pemahaman dan kesadaran sejak dini tentang pentingnya melakukan penghematan energi (dan Air) untuk kepentingan masa depan bangsa.

Peluncuran tersebut merupakan langkah awal proses edukasi sejak dini tentang hemat energi (dan air) untuk generasi penerus bangsa yang nantinya diharapkan dapat diteruskan oleh para pemangku kepentingan, khususnya para pelaku usaha di sektor ESDM, dengan menyelenggarakan kegiatan sejenis melalui program corporate social responsibility/CSR yang dilaksanakan di Kota-kota lainnya sehingga gerakan nasional hemat energi (dan air) dapat dipercepat perwujudannya secara merata di seluruh wilayah Indonesia.

Dalam tahun yang sama, Kementerian ESDM akan menyempurnakan bahan edukasi yang sudah ada sehingga akan mencakup kelompok usia yang lebih luas lagi dan meningkatkan akses masyarakat untuk mendapatkan bahan dimaksud dalam bentuk digital.

Hmm...kira-kira, apakah edukasi tersebut sudah cukup? Tentu saja belum. PLN tak boleh bosan mengajak masyarakat untuk berhemat listrik. Terutama di kalangan anak-anak. Kenapa anak-anak? Itu karena, merekalah generasi penerus yang nantinya akan menggunakan energi listrik. Jika sejak kecil mereka belajar cara bijak menggunakan listrik, kebiasaan itu akan terbawa hingga dewasa dan dari mereka kelaklah generasi penerus akan belajar cara menggunakan listrik dengan bijak. Memang hasilnya tidak bisa instant karena butuh kontinuitas dan kesabaran. Namun, jika berhasil semua akan dipetik di masa mendatang.

Kalau harus jujur, di rumah saya, memang belum begitu berhasil membiasakan anak-anak untuk hemat energi, hehehe.... Hal itulah yang membuat saya pribadi mengakui beratnya menanamkan pentingnya berhemat listrik. Namun, secara perlahan, saya membiasakan mereka untuk melakukan hal-hal kecil yang mudah-mudahan bisa terbawa sampai besar.

Misalnya saja, mematikan lampu yang tak digunakan seperti kamar mandi, mematikan TV waktu tak ditonton, mematikan kipas, dan sebagainya. Cara yang paling tepat memberikan pengertian sama mereka adalah saat mati lampu di malam hari. Inilah saat tepat mengajarkan arti penting listrik kepada mereka. Gelap, panas, dan tak bisa melakukan apapun saat mati lampu adalah pelajaran paling berharga dan mudah diingat. Mereka akan menyadari bahwa mereka tak bisa menggunakan listrik secara sembarangan.

Hasilnya, si bungsu yang berusia tiga tahun bergegas mematikan TV saat tidak ada yang nonton. "Mama, TV udah adek matiin," katanya. Waktu ditanya alasannya, " Biar nggak mati lampu. Nanti kalau TV nggak ditonton, gasnya habis terus lampunya mati," Pintaaar....hehehehe...

Lain lagi dengan cara adik teman saya dalam lebih ekstrim. Hihihi... Dalam rumahnya ada aturan bayar denda bagi yang lupa mematikan lampu yang nggak dipakai. Misalnya, lampu di kamar mandi nggak dimatiin harus bayar Rp 2.000. Kejem yak?? Hihihi...tapi demi kebaikan, hal itu bisa juga diterapkan. Akhirnya, anak-anak bisa menjadi satpam antara satu dengan lainnya.

Memasang pesan di setiap pintu bertuliskan matikan lampu juga layak dipertimbangkan. Hehehe...Kalau cara yang satu ini sering saya liat di beberapa rumah saudara dan teman. Kalau setiap hari saling mengingatkan baik lewat lisan maupun tulisan, mudah-mudahan akan selalu ingat untuk berhemat listrik. Betul to?

Sayangnya, belum semua orang melakukan cara-cara tersebut untuk menjadikan hemat energi sebagai way of life. Alasannya, ya males ribet atau kurang peduli. Dan kebanyakan hal tersebut adalah kalangan dewasa, seperti para orangtua. Padahal, di dalam keluarga, orangtua adalah panutan bagi anak-anaknya.

Lha ini dia yang menjadi tugas PLN. Hehehehe....mengajak para orangtua untuk memahami arti penting berhemat listrik. Karena kebanyakan kurang paham kenapa harus berhemat energi dan mungkin juga ada yang masih bingung mulai dari mana agar bisa berhemat energi.

PLN bisa membuat program-program sosialisasi yang membuat orangtua memiliki kebiasaan baru. Seseorang, dia akan berperan sebagai orangtua di rumahnya. Namun, di luar dia bisa saja berperan sebagai karyawan, sebagai atasan, sebagai pemilik usaha, dan sebagainya. Artinya, PLN memiliki banyak celah dalam melakukan sosialisasi. Misalnya dengan mengajak pemilik usaha membiasakan hemat energi di lingkungannya. Juga seorang atasan mengajak bawahannya untuk berhemat energi di kantornya.

Ajakan saving energy ini juga telah dipraktekkan oleh kantor suami saya. Hari Kamis (16/10), lalu manager perusahaannya menggelar sosialisasi saving energy di hadapan para karyawan yang terbiasa bekerja di lapangan. Setelah mengumpulkan materi terkait saving energy dari berbagai sumber di internet, suami saya ikut memaparkan arti penting hemat energi di hadapan para cleaning service serta security.

Nah, kalau boleh saya usul, PLN bisa menyiapkan materi yang pastinya PLN lebih memahami bagaimana cara mengajak pelanggan hemat energi berdasarkan keilmuannya. Materi ini bisa dibagikan pada perusahaan-perusahaan atau pemilik usaha, sehingga saat presentasi di hadapan karyawan hasilnya lebih mantap. (Maksudnya, biar nggak capek ngumpulin bahan presentasi di internet, hehehehe....)
Sahuddin, Manager PT Graha Sarana Duta Batam sedang memaparkan arti penting saving energi di lingkungan kerja saat sosialisasi saving energy di Telkom Sekupang, Kamis (16/10)
Foto-foto: dokumentasi PT GSD Batam

Jika semua perusahaan bisa membuat program ajakan sekaligus menerapkan aturan ketat berupa reward dan punishment terkait penghematan energi ini, niscaya akan banyak penghematan yang bisa dilakukan.

Sebab, harus diakui, hingga kini, pemborosan listrik justru banyak terjadi di lingkungan perkantoran. Karena merasa tidak perlu membayar tagihan listrik, sehingga bisa seenaknya memakai listrik tanpa berpikir untuk berhemat. Misalnya, enggan mematikan komputer meski tak dipakai, membiarkan TV menyala meski nggak ditonton, menyalakan AC walau udara tak terlalu panas, dan sebagainya.
Televisi yang dibiarkan menyala tanpa dilihat bisa jadi pemborosan energi. FOTO: Koleksi pribadi


Nah, kalau di kantor terbiasa peduli arti penting berhemat listrik, mereka pasti akan membawanya pulang ke rumah agar bisa diterapkan di rumahnya dan menularkan ilmunya pada istri atau suaminya serta anak-anak atau bahkan pada saudara-saudaranya.

Selanjutnya....Untuk meringankan beban para orangtua membiasakan anak hemat energi, PLN bisa membuat program-program khusus bagi anak-anak. Misalnya aja dengan menyisipkan edukasi pentingnya hemat energi lewat acara anak-anak, seperti acara Laptop si Unyil, Bolang, dan sebagainya. Atau kalau perlu PLN membuat film kartun khusus yang sarat edukasi terkait energi. Membuat aplikasi di ponsel atau komputer seperti games-games yang sarat dengan ajaran saving energi juga bisa jadi pertimbangan.

Soalnya, menurut pengalaman pribadi, anak-anak saya lebih suka menonton kartun dibandingkan membaca. Hihihi....ketauan deh! Contohnya saja, dari kartun seperti Upin Ipin, mereka belajar banyak tentang kebiasaan hidup yang baik, bagaimana cara menggosok gigi yang benar, pentingnya membaca buku dan banyak kebiasaan lainnya. Hal inilah yang bisa jadi celah PLN untuk mempertimbangkan menyajikan edukasi saving energy dengan cara yang lebih menarik.


Lewat blog ini juga saya ingin memberikan jempol alias like untuk kebijakan PLN yang meluncurkan program listrik pintar. Soalnya, dengan listrik pintar alias listrik pra bayar ini pelanggan bisa mengatur pembayaran listrik sesuai kebutuhan. Jika dirasa terlalu boros bisa mengurangi pemakaian agar pulsa listrik lebih awet.

Kalau di dunia komunikasi ada telepon pra bayar dan pacsa bayar, dalam dunia kelistrikan pun kini ada beli pulsa. Hmm...kreatif. Nggak mau kalah dengan pulsa handphone, PLN juga menyediakan nilai pulsa listrik yang bervariasi mulai Rp 20 ribu hingga jutaan. Ini tentunya akan memudahkan pelanggan untuk mengisi pulsa sesuai kondisi keuangan. Menariknya, pulsa ini mudah didapatkan di loket, warung, hingga ATM. Sama mudahnya untuk mengisi pulsa handphone. Keren...keren...keren...

Tak hanya mudah diisi, listrik pra bayar ini pastilah nggak bakal kena denda akibat keterlambatan bayar dan juga tak akan terkena imbas salah catat petugas meteran. Soalnya, kalau nggak mau isi pulsa, ya siap-siap aja gelap-gelapan.

Tapi sayangnyaaaa.... hingga kini PLN masih belum maksimal mengupayakan agar masyarakat beralih dari langganan pasca bayar ke langganan pra bayar. Meskipun PLN membebaskan biaya penggantian langganan dari pasca bayar ke pra bayar namun masih banyak pelanggan yang enggan beralih ke listrik pintar.

Selain alasan takut ribet, tak sedikit yang mengaku tarif listrik pra bayar lebih mahal dibanding pasca bayar, ada biaya tambahan dan sebagainya. Sehingga, pada akhirnya pelanggan lama memilih untuk mempertahankan listrik pasca bayar yang notabene lebih susah dikendalikan pemakaiannya.

Saya adalah salah satu pelanggan yang masih belum berniat untuk beralih ke listrik pra bayar. Waktu saya menawarkan pada suami saya, alasan utamanya tentu saja ribet. Harus repot isi pulsa dan sebagainya. Jadilah kami masih menggunakan listrik pasca bayar. Khusus yang satu ini, mungkin PLN juga bisa meniru operator selular yakni membebaskan pelanggan memilih sesuai kebutuhan mereka apakah mau pra bayar atau pasca bayar.

Nah, saya rasa tulisan saya terlalu panjang dan mudah-mudahan nggak bikin bingung. Semoga apa yang saya tulis ini bisa bermanfaat bagi PLN dan jika idenya kurang bermutu tolong dimaafkan. Hehehe.... Mudah-mudahan, PLN semakin bersih, profesional, dan tentu saja semakin menerangi nusantara. Aamiin...

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog:


Referensi:
http://www.pln.co.id/blog/pln-tandatangani-kesepatakan-dengan-dua-pengembang-swasta/
http://www.pln.co.id/blog/10991/
http://www.esdm.go.id/siaran-pers/55-siaran-pers/6224-menteri-esdm-luncurkan-buku-edukasi-h emat-energi-dan-air-untuk-siswa-tingkat-sd-dan-smp.html






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan komentar Anda