HARI Senin (26/5) besok, Echa tepat berusia dua tahun. Usia yang diharapkan menjadi satu titik awal kemandirian gadis kecil yang selalu memberikan cahaya kebahagiaan bagi rumah mungil kami.
Setiap menyambut tanggal 26 Mei akan menjadi saat yang membahagiakan sekaligus menyedihkan. Membahagiakan karena tanggal 26 Mei dua tahun lalu, Alloh SWT telah mengirimkan seorang bayi mungil yang begitu manis dan menyenangkan.
Bayi yang selalu memberikan keceriaan dalam hari-hari orang-orang yang selalu menyayanginya. Celotehan yang keluar dari mulutnya, gerakan lucu menirukan apa yang dilihatnya menyiratkan keinginan gadis kecilku itu untuk menunjukkan pada dunia bahwa dia sudah besar dan juga mampu melakukan apa yang dilakukan orang dewasa.
Echa yang manis, Echa yang selalu menurut, Echa yang selalu ceria, Echa yang selalu menyenangkan siapa saja yang ada di dekatnya, Echa yang pintar, Echa yang tak pernah rewel, Echa yang sholeha, dan Echa dengan tabiat-tabiat baik lainnya. Itu adalah rangkaian doa yang selalu Mama dan Papa panjatkan dalam setiap sujud kepada Alloh.
Tanggal 26 Mei juga akan menjadi momen membuka kenangan yang menyedihkan. Karena di bulan yang sama, sehari setelah Echa lahir, berita duka seakan silih berganti menghampiri. Belum lagi usai berita sedih gempa Jogja 27 Mei yang menghancurkan rumah sepupu dan keluarga Echa di Jogja, menyusul lagi berita berpulangnya Eyang Kakung Echa ke Rahmatullah. Sungguh satu rangkaian peristiwa yang akan terus terputar ulang menjelang datangnya momen ulangtahun Echa....
Tampilkan postingan dengan label cerita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerita. Tampilkan semua postingan
24 Mei 2008
Echa Mo Ultah...
Label:
cerita

21 Mei 2008
Wajah Lebam Echa
HARI Rabu (21/5) kemarin, Echa kembali masuk daycare setelah hampir dua minggu libur nggak dititip. Rencananya, gadis kecilku dititip mulai Selasa (20/5). Tapi karena nggak mau ditinggal akhirnya Echa balik lagi ke rumah.
Hari Selasa itu sebenarnya mama lagi sibuk dan banyak kerjaan. Apalagi, sorenya janjian mau pemotretan untuk posteral Youngsters. Tapi gimana lagi, daripada Echa menangis bombai karena ditinggal di penitipan, akhirnya dia ikutan mama pemotretan.

30 April 2008
Akhirnya Echa Masuk Daycare
![]() |
Echa asyik main prosotan |
TERHITUNG mulai Selasa (30/4) kemarin, Echa resmi menjadi anggota baru Jihadul Ummi Bengkong, Batam. Sebuah Taman Penitipan Anak (TPA) yang lokasinya nggak terlalu jauh dari rumah.
Karena masih baru, Echa nampaknya masih belum begitu familiar dengan suasana maupun orang-orang yang ada di daycare tersebut. Itulah kenapa Echa langsung menangis bombai begitu menyadari Mama dan Papanya udah nggak ada di tempat setelah mengantar gadis kecil itu pada Selasa pagi.

Celengan Ajaib - Uang Lenyap Tapi Celengan Utuh

HARI Minggu (27/4) kemarin, Echa dan Papa dengan penuh semangat 45 membawa sebuah celengan berbahan plastik dari kamar.
Soalnya, setelah beberapa bulan menabung dan mengumpulkan uang ke dalam celengan itu, Papa berniat membelikan Echa sebuah sepeda baru. Sepeda yang selama ini diinginkan gadis kecil Echa Diva.
Setelah membentangkan koran untuk menampung uang-uang yang diyakini Papa cukup untuk membawa pulang sebuah sepeda gaul alias sepeda model masa kini, Papa tanpa ragu langsung menghunjamkan pisau dan mulai menyembelih celengan.
"Waah....akhirnya Echa bisa beli sepeda ini," kata Papa bersemangat.
Label:
cerita

26 April 2008
Berjibaku dengan Rutinitas IRT
UDAH dua minggu ini posting blog lagi sereeeet banget. Gimana nggak seret kalo sekarang ini waktunya banyak tersita untuk ngurusin gimana caranya bisa menyelesaikan urusan kerja, urusan rumah dan urusan gadis kecil yang mulai lasak dengan sempurna.
Sejak PRT resign (busyeet...udah mirip ama temen2 di Tribun aja... hallo veby dan Min yang udah mendahului kami... resign maksudnya), semua rutinitas jadi kacau balau...
Gimana nggak kacau, urusan liput meliput harus pake shift. Pastinya berhubungan dengan masalah penjagaan si gadis kecil Echa Diva. Mana sekarang si papa lagi sibuk meeting, breafing, keliling, pusing plus pening.... kalo udah gitu...kami jadinya harus antree dan menunggu si papa selesai berpusing-pusing alias keliling. Halah....
Kayak hari Rabu kemarin. Udah janjian liputan jam lima di Nagoya Hill, eh si papa mendadak disibukkan dengan urusan pekerjaan yang nggak bisa ditunda. Alhasil, nggak cuma papa aja yang pusing-pusing alias keliling mal, kami juga harus sibuk berkeliling mal. (walau sebenarnya sambil hunting materi liputan).
Tapi bukan Echa namanya kalo nggak bersemangat mengelilingi Nagoya Hill yang akhirnya sukses membuat kaki mamanya gempor. Untungnya ada penjual es krim yang berhasil memikat perhatian gadis kecilku itu. Walau cuma beberapa menit, akhirnya berhasil juga membuat Echa duduk diam menikmati lezatnya es krim yang harganya super murah. Hanya Rp 3.500 lho. (kok jadi iklan???!!!).... hehehehehe...


Sebenarnya sih, kita udah berusaha mencari PRT baru menggantikan tujuh PRT yang udah pada resign (kesannya kami kok galak ama pembantu ya, gonta-ganti pembantu) tapi ya gitu deh. Di Batam ini mendapatkan pembantu yang awet ibarat mendapatkan pulung atau keberuntungan.
Walau terus berusaha lewat iklan di media massa, kami mulai berpikir untuk menitipkan echa di daycare alias taman penitipan anak. Ya mudah2an Echa baik2 aja....yang penting adalah mandiri dan nggak merepotkan keluarga. Ceileee.....
Sejak PRT resign (busyeet...udah mirip ama temen2 di Tribun aja... hallo veby dan Min yang udah mendahului kami... resign maksudnya), semua rutinitas jadi kacau balau...
Gimana nggak kacau, urusan liput meliput harus pake shift. Pastinya berhubungan dengan masalah penjagaan si gadis kecil Echa Diva. Mana sekarang si papa lagi sibuk meeting, breafing, keliling, pusing plus pening.... kalo udah gitu...kami jadinya harus antree dan menunggu si papa selesai berpusing-pusing alias keliling. Halah....
Kayak hari Rabu kemarin. Udah janjian liputan jam lima di Nagoya Hill, eh si papa mendadak disibukkan dengan urusan pekerjaan yang nggak bisa ditunda. Alhasil, nggak cuma papa aja yang pusing-pusing alias keliling mal, kami juga harus sibuk berkeliling mal. (walau sebenarnya sambil hunting materi liputan).
Tapi bukan Echa namanya kalo nggak bersemangat mengelilingi Nagoya Hill yang akhirnya sukses membuat kaki mamanya gempor. Untungnya ada penjual es krim yang berhasil memikat perhatian gadis kecilku itu. Walau cuma beberapa menit, akhirnya berhasil juga membuat Echa duduk diam menikmati lezatnya es krim yang harganya super murah. Hanya Rp 3.500 lho. (kok jadi iklan???!!!).... hehehehehe...
Sebenarnya sih, kita udah berusaha mencari PRT baru menggantikan tujuh PRT yang udah pada resign (kesannya kami kok galak ama pembantu ya, gonta-ganti pembantu) tapi ya gitu deh. Di Batam ini mendapatkan pembantu yang awet ibarat mendapatkan pulung atau keberuntungan.
Walau terus berusaha lewat iklan di media massa, kami mulai berpikir untuk menitipkan echa di daycare alias taman penitipan anak. Ya mudah2an Echa baik2 aja....yang penting adalah mandiri dan nggak merepotkan keluarga. Ceileee.....
Label:
cerita

02 April 2008
Jepit Cantik untuk 'Abang'


BEBERAPA waktu lalu, di sela pemotretan di Golden Truly Batam, iseng2 aku liat2 koleksi aksesori yang dijual di salah satu counter aksesori department store ini. Wuuihhh...koleksinya lucu2 banget. Khususnya bagi anak balita..
Nggak cuma warnanya aja yang ngejreng, modelnya juga chic habis. Cuma, sayang banget...jepit yang super cantik itu nggak bisa aku boyong kerumah. Meskipun aku punya putri kecil yang pasti akan keliatan lucu pake jepit2 itu. Secara, dia adalah gadis kecil yang punya rambut tipiiiiss habis.
Kalopun aku paksain pake jepit rambut, pasti akan langsung melorot dan jatuh. Itu karena, aku udah bereksperimen dengan banyak model jepit di rambutnya. Alhasil, koleksi jepit yang pernah aku beli untuk 'anak gadis' justru jadi aksesori jilbab mommy nya... hehehehe...lumayan berhemat
Walau berguna bagi si mommy, tapi tetap aja aku pengen beli jepit2 cute yang bertebaran di seantero mal buat putri kecilku. Mmmmm....gimana kira2 ya wajahnya kalo dia punya rambut panjang dan hitam berhias jepit warna-warni??????!!!@@@@##%%%
Pernah sih, mo beli topi atau bandana yang ada rambut palsu yang kriwil2. Tapi, hihihihi.... suami langsung protes keras... HARAM katanya!!! (hehehehe...becanda, nggak segitunya kaleee).
Saking tipisnya rambut bocah kecil yang satu ini, banyak orang yang sering salah sebut lho!! ada yang bilang abang atau tole....Mulai tetangga baru, tukang sayur, tukang jamu, temen bokap and nyokap dia (alias temen kami), dan banyak lagi. Bahkan pengasuhnya aja baru ngeh kalo dia cewek setelah beberapa waktu ngobrol ama dia. Wuuuihhhh...
Karna banyak banget yang suka salah, aku menumpahkan 'kesalahan' itu dalam coretan (eh ketikan maksudnya) dan mengirimkannya ke Majalah Wanita Femina. Eh, tak taunya dimuat. hihihi...lumayan honornya bisa untuk beli DVD player Echa...
Ini dia hasil coretan yang dimuat di Femina No.04/XXXVI. 24-30 Januari 2008

SI ABANG
SEJAK tahu hamil, suami sudah ingin punya anak perempuan. Jadi walau dokter sudah bilang berkali-kali bahwa anak kami perempuan, tetap saja suami bertanya. “Takut Dokter salah,”kilahnya, suatu ketika.
Dan benar saja…yang lahir bayi perempuan. Kelahiran si Dedek, begitu kemudian kami menyapanya, membuat kami senang. Apalagi, di keluarga besar kami banyak yang menginginkan anak cewek tapi belum ada yang dikabulkan...
Bahkan, saking gemes karena ketiga anaknya laki-laki, kakak ipar nekat memberi nama anak bungsunya dengan nama cewek. Waduh segitunya….
Walau lahir cewek seperti keinginan kami, ternyata tak membuat suami jadi suka mendandani Dedek dengan pakaian perempuan. Baju cantik dengan tali satu yang mahal-mahal kubeli nggak boleh dipakein.
“Jangan didandani aneh-aneh lah… pake kaos ama celana pendek aja biar simple! Pakai baju seksi nanti masuk angin,”kata suami saat melihat aku sibuk mendandani si Dedek.
“Lho, kan dia cewek. Ya pake baju cewek lah… masak pake baju cowok gitu. Gimana mau kelihatan cantik,”kataku, ngotot.
Tapi, karena malas ribut, akhirnya si Dedek yang belum bisa protes (karena umurnya belum genap setahun) tetap didandani ala cowok. Pake kaos oblong plus celana pendek atau celana panjang.
Karena keseringan pake kaos plus celana akhirnya sebutan si Dedek pun berubah jadi si abang. Kok bisa? Ya terang aja karena putri kami memang rambutnya tipis hingga sangat mirip laki-laki. Makin mirip karena dandanannya yang cenderung ala cowok.
Untuk ‘menjelaskan’ ke publik kalau Dedek adalah anak perempuan, kami sempat memasang anting-anting di telinganya. Tapi belum seminggu dipasang, ia sudah sibuk menarik-narik perhiasan wanita itu, sampai copot. Alhasil, karena takut luka, akhirnya kami mengalah dan melepas lagi anting-anting itu.
“O… mungkin kalau anakku rambutnya lebat bisa keliatan kayak cewek,”begitu pikirku.
Untuk merangsang pertumbuhan rambut dedek, berbagai cara kulakukan. Ngolesin lidah buaya, daun seledri, sampe minyak kemiri yang kubuat sendiri.
Tapi, boro-boro rambut jadi lebat, yang ada juga kepala si dedek malah hitam-hitam kena angus yang berasal dari bakaran kemiri. Karena nggak ada hasil, akhirnya aku menyerah membuat aneka ramuan yang katanya manjur untuk melebatkan rambut.
“Kalau sering digundul, rambut bisa lebat lho! Jadi digundulin aja,”saran mertua suatu hari.
Walau sebenarnya nggak tega melihatnya tampil plontos kayak pak Ogah, akhirnya kami menuruti kata mertua dan menggunduli rambut dedek. Padahal, awalnya kami bertahan tak mau mencukur habis rambutnya bahkan juga di awal kelahirannya.
Tapi karena ingin melihatnya punya rambut panjang sebagaimana anak perempuan, Kami membabat habis rambut tipis putri kami tepat di ulangtahunnya yang pertama.
Hanya setelah digundul, rambut bukannya tambah lebat tapi wajah dedek jadi makin kelihatan kayak laki-laki. Plus kepala yang plontos dan ‘gaya busana’-nya cenderung laki-laki. Maka makin membuat orang berpikir kalau ia adalah seorang anak laki-laki, dan karena itu pantas dipanggil Abang.
“Ih anaknya lucu ya, sebesar anak saya. Tapi anak saya cewek,”komentar seorang ibu, di klinik. “Ini cewek juga kok bu,”ujarku agak kurang senang.
Makin hari jadi makin banyak orang yang menyapanya Abang. Misalnya saja, “Abang mau kemana? Abang lagi makan ya?” dan banyak komentar lain yang menggunakan panggilan… Abang… Abang… dan Abang….Bahkan ada juga yang saling berbisik “Itu anak cowok atau cewek sih?”. Uuughf…
Kadang-kadang saking kesalnya, Tante Ade yang bertugas mengasuh Dedek nggak lagi menyahuti panggilan para ibu yang memanggil Dedek dengan sebutan abang. “Capek jelasinnya!”jawabnya, manyun, saat kutanyakan kenapa nggak dijelasin kalau Dedek anak cewek.
Paling-paling si Tante buru-buru ngajak dedek pergi sambil menyebut namanya. “Ayo Echa kita pulang sayang”.
“Kok cowok namanya Echa?”selidik para ibu lagi . Cape deh…
Akhirnya, untuk menghindari salah persepsi, pola kostum harian Dedek kuubah jadi pakaian yang bener-bener mencitrakan sosok anak perempuan. Kerap kupakaikan ia baju terusam atau rok yang cewek banget.
Tapi cara itu juga bukan solusi jitu menjawab salah persepsi para ibu. Bahkan, justru celetukan orang semakin bikin jengkel.
“Kok anak cowok didandani kayak cewek sih!” Nah loh….
Melihat kejengkelanku karena orang selalu salah sebut, suami hanya senyum-senyum saja. “Kalau orang nggak percaya Dedek perempuan buka aja bajunya. Kan cowok ama cewek beda,”katanya enteng. Uh….. (*)
Label:
cerita

22 Maret 2008
Berbagi Ekspresi
Gadis kecil yang suka menyanyi ini ternyata jago juga bergaya di depan kamera....
Ini ekspresi kalo lagi centil....saat dibilang bergayaaa langsung deh pasang tangan...
Kalo ini pamer gigi... hihihi... padahal susah banget kalo disuruh kat gigi...

Ini ekspresi kalo lagi sedih... biasanya sih karena maksa papa pengen naik "bom bom" alias motor... hik hik hik... sedih banget

Kalo ini ekspresi manja....

Ini Echa sedang merajuuk... mamaaaaaa......
Ini ekspresi kalo lagi centil....saat dibilang bergayaaa langsung deh pasang tangan...

Kalo ini pamer gigi... hihihi... padahal susah banget kalo disuruh kat gigi...

Ini ekspresi kalo lagi sedih... biasanya sih karena maksa papa pengen naik "bom bom" alias motor... hik hik hik... sedih banget

Kalo ini ekspresi manja....

Ini Echa sedang merajuuk... mamaaaaaa......

Label:
cerita

18 Maret 2008
Tanam Sayur Yuks...

Ya memang sih, nggak banyak variasi... tapi kan setidaknya bisa mengisi waktu plus memanfaatkan lahan yang ada... Tanamnya pun cuma di stereofoam bekas tempat anggur atau pot yang dibeli di pasar.
Karena belum pernah ada pengalaman bercocok tanam dan nggak punya ilmu yang cukup... ya hasilnya masih belum keliatan... walaupun begitu, yang penting udah mencoba....sekaligus ikut berpartisipasi dalam menghijaukan bumi... (hihihi... segitunya)

Echa dan Payung...

SEKARANG ini Echa lagi hobi banget bawa payun... nggak peduli hujan, panas, malam, pagi, siang, di kamar tidur... pokoknya kemana aja...paling hobi bawa payun...
Kalo dulu gadis tomboi ini paling suka bawa payun yang ukurannya besar banget... sekarang dia udah punya payun sendiri.... hehehehe.... liat aja ekspresinya waktu bawa payun....
Label:
cerita

Echa Sudah Pandai Bernyanyi....

WALAU belum pandai betul bernyanyi... ternyata Echa udah mulai pede kalo suruh menyumbangkan lagu...
Dan untuk permulaan baru ada dua lagu yang mulai "dikuasai" plus "setengah dikuasai". Bahkan, kalo ngaji di mesjid orang sibuk baca Al Qur'an si Echa malah sibuk konser sendirian. Hihihi... Apa lagi kalo nggak mau unjuk kebolehan menyanyi...
ini dia cuplikan lagu echa...
Bulung kakak tua...
dap di ela...
nenek sudahtua...
gigi gal dua...
tak dung tak dung..lalalala...
nenek sudahtua...
nenek sudah tua....
hehehehe.... walau suara nggak jelas..pede aja lageee....
satu lagi lagu favorit echa...
naik naik...
cak mumum...
gigi gigi aiiiiiii.....
iiii anan...
hat aja...tobeiiiiiii...
naik....naik...
cak mumun...
hahahaha...gunung sekarang dah jadi mumun...
Label:
cerita

Langganan:
Postingan (Atom)