.

10 Maret 2008

Melatih Anak Tidur Sendiri


MELATIH ANAK TIDUR DI KAMAR SENDIRI

MEMILIKI buah hati pasti akan membawa kebahagiaan sendiri bagi setiap orangtua. Dan kebahagiaan itulah yang terkadang mendorong orangtua enggan berpisah lama-lama dengan anaknya.

Termasuk ketika harus tidur malam. Karenanya tak mengherankan, bila kebanyakan orangtua di Indonesia lebih memilih mengajak anaknya untuk tidur bersama di kamar orangtua.

Hanya saja, seiring perkembangan waktu, anak akan tumbuh semakin besar dengan pemikiran yang berkembang pula.





Dan di saat yang sama, orangtua juga membutuhkan privasi untuk bisa tetap menjaga kehangatan serta keharmonisan kehidupan suami istri.


Sehingga, keputusan yang paling bijak adalah membiasakan anak tidur terpisah.

Tapi, membiasakan anak untuk tidur sendiri bukan perkara mudah. Selain anak yang terkadang sulit berpisah dengan orangtuanya, orangtua juga tidak jarang merasa tidak tega membiarkan buah hatinya tidur sendiri.

Hanya saja, bila anak dibiarkan tidur bersama orangtua hingga usianya beranjak besar, bukan saja privasi orangtua yang akan terganggu tapi anak juga akan semakin sulit dipisahkan dari orangtua.

Sehingga tak mengherankan bila kondisi ini membuat orangtua kerap mengalami kesulitan meninggalkan anak dalam jangka waktu lama.

"Memang tidak ada rumus yang menjelaskan kapan waktu yang tepat untuk membiasakan anak tidur sendiri. Hanya saja, semakin cepat semakin baik. Sebab, semakin lama anak diajari tidur sendiri justru akan semakin sulit untuk mewujudkannya," terang Evy Rakryani, Psikolog Anak Batam.

Setelah anak berusia tiga bulan, sebenarnya anak sudah bisa dibiasakan untuk tidur terpisah dengan orangtuanya.

Sebab, biasanya pada usia ini anak sudah memiliki pola tidur yang lebih teratur dibandingkan sebelumnya.

Selain itu, pada tiga bulan pertama sejak kelahirannya, anak masih membutuhkan waktu lebih banyak berdekatan secara fisik dengan orangtua khususnya di malam hari.

Jika orangtua masih belum tega memisahkan anak untuk tidur di kamar berbeda, anak bisa dibiasakan tidur sendiri di dalam box bayi tetapi masih dalam satu kamar.

Setelah usia anak lebih besar, anak baru dilatih untuk tidur di kamar yang berbeda.

"Di awal-awal pengenalan anak untuk tidur bersama, orangtua bisa membiarkan pintu kamar sedikit terbuka. Sehingga, ketika anak menangis orangtua akan langsung mendengarnya. Atau bila memungkinkan anak bisa ditempatkan di kamar yang bersebelahan dan diberikan pintu penghubung," ungkap Evy.(*)





Anak jadi Terbiasa Mandiri dan Disiplin

MEMBIASAKAN anak untuk tidur sendiri ternyata tak hanya membantu orangtua menghadirkan privasi bagi mereka.

Sebab, kebiasaan dan keteraturan yang diajarkan pada anak akan mendorong anak memiliki sifat mandiri serta disiplin yang kuat.

"Bila anak terbiasa tidur sendiri, mereka akan menjadi lebih mandiri dibandingkan anak yang terbiasa tidur bersama orangtuanya. Sehingga, ketika orangtua harus pergi dalam jangka waktu lama atau harus menginap tidak perlu takut akan terasa berat meninggalkan anak-anaknya," ungkap Evy Rakryani.

Kedekatan fisik dengan tidur bersama antara anak dengan orangtua memang perlu.

Hanya saja patut diwaspadai bahwa kebiasaan tidur bersama itu akan membuat anak tergantung pada orangtuanya.

Sehingga, ketika orangtua tidak ada, anak tidak akan bisa tidur. Dan kondisi ini akan memberatkan baik bagi anak ataupun bagi orangtua itu sendiri.

Lain halnya bila anak sudah terbiasa tidur sendiri, mereka akan lebih mudah melakukan segala sesuatu sendiri dan juga lebih mudah menyesuaikan dengan lingkungannya.

Dan bila kemandirian itu diajarkan sejak dini, anak akan lebih mudah menerimanya dibandingkan saat anak sudah lebih besar.

Semakin besar anak, biasanya mereka sudah memiliki persepsi tentang sesuatu hal. Misalnya cerita yang serem-seram atau hal lain yang menakutkan dan menyulitkan anak untuk diajarkan tidur sendiri.

Selain itu, semakin besar anak mereka akan semakin pintar mencari alasan untuk tidak tidur sendiri.

Sementara, pelajaran kedisiplinan yang bisa dipetik anak dari kebiasaan tidur sendiri adalah dengan terbangunnya pola tidur yang dilakukan.

Dan tentu saja hal tersebut harus mendapat dukungan dari orangtua.

"Anak biasanya akan menangkap pola tidur dari kebiasaan yang dilakukan orangtua. Misalnya kapan ibu datang untuk menyusui, membangunkan mereka, dan sebagainya. Karena anak belum tahu jam, mereka akan menandainya dari kebiasaan orangtua," kata Evy.

Agar anak tahu kapan mereka harus tidur, orangtua harus mengajarkan hal tersebut pada anak.

Misalnya jika anak harus tidur jam sembilan malam, maka anak harus masuk ke kamar untuk segera tidur. Jika pola itu dilakukan secara teratur, anak akan terbiasa dalam menjalani rutinitasnya.

"Walau anak masih belum mengantuk, sebisa mungkin kondisikan anak agar mengerti bahwa sudah waktunya dia tidur. Misalnya dengan menepuk-nepuk anak agar segera tidur, membuat suasana kamar nyaman untuk tidur seperti mengganti lampu dengan yang lebih redup, dan sebagainya," terangnya.

Jika anak terbiasa, maka anak akan memahami bahwa saat masuk jam tidur, mereka harus masuk kamar dan segera tidur. (*)



Bisa Pengaruhi Psikologi Anak

MEMBANGUN kebersamaan dengan mengajak anak tidur bersama dalam satu ruangan memang bukan sesuatu salah.

Sebab, keputusan itu mutlak menjadi pilihan orangtua.

Apalagi, bila kondisi rumah tidak memungkinkan. Misalnya akibat adanya keterbatasan ruang yang tidak memungkinkan anak-anak tidur sendiri.

Hanya saja, membiarkan anak berlama-lama tidur satu kamar bersama orangtua bisa memberikan dampak yang kurang baik bagi anak.

Bukan saja orangtua lebih sulit mengajarkan kemandirian atau kedisiplinan bagi anak, tetapi kebiasaan itu bisa berpengaruh pada kondisi psikologi anak.

Efek psikologi itu muncul ketika orangtua harus menjalani kehidupan seksual melalui hubungan intim.

Meskipun seorang anak sedang dalam kondisi tidur, tetapi suara-suara yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut dapat terserap oleh anak.

"Anak biasanya lebih mudah menangkap sesuatu saat tidur. Itu karena yang bekerja adalah alam bawah sadar mereka. Dan bila anak harus mendengarkan suara-suara yang sebetulnya masih belum layak untuk didengarkan oleh mereka, dikhawatirkan akan berdampak kurang bagus bagi jiwanya," ungkap Evy Rakryani.

Sehingga, membiasakan anak untuk tidur sendiri sedini mungkin menjadi pilihan paling bijak agar anak bisa tumbuh dengan lebih baik.

Kalaupun ruang tidak memungkinkan, anak bisa diajarkan untuk berbagi kamar dengan kakak atau saudaranya.

"Yang paling penting sebelum mengajarkan anak tidur sendiri adalah niat yang kuat dari orangtuanya terutama ibu. Sebab, terkadang orangtua merasa tidak tega membiarkan anaknya tidur sendiri. Padahal, kebiasaan ini nantinya akan membuat anak menjadi lebih baik, lebih mandiri dan disiplin," kata Evy. (*)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan komentar Anda