.

04 Maret 2008

Karyawan Juga Bisa Kaya



KALAU mau kaya jangan jadi karyawan tapi jadilah pengusaha. Anggapan tersebut ternyata nggak sepenuhnya benar. Sebab, banyak karyawan yang notabene hanya mengandalkan gaji bulanan maupun bonus dari perusahaan juga bisa kaya. Kuncinya adalah pengelolaan keuangan secara benar.
"Bagi Anda yang ingin kaya, sebaiknya hindari kebiasaan hidup konsumtif. Sebaliknya, beli dan miliki sebanyak mungkin harta produktif,"ungkap Safir Senduk, Pakar Perencana Keuangan dari Biro Perencanaan Keuangan Safir Senduk &Rekan saat Seminar Perencanaan Keuangan di Auditorium Politeknik beberapa waktu lalu.
Memiliki barang komsumtif sah-sah saja dilakukan sepanjang tidak keterusan. Karena yang paling penting adalah membeli dan memiliki sebanyak mungkin harta produkif. Pola inilah yang banyak diterapkan oleh orang kaya agar tetap kaya atau menjadi lebih kaya.

Keberadaan harta produktif akan makin memperbesar peluang seseorang menjadi kaya. Itu karena, dengan adanya harta produktif, seseorang akan memiliki peluang menambah penghasilan dibandingkan jika membeli harta konsumtif yang justru menghabiskan uang.
Menurutnya, ada empat harta produktif yang bisa dimiliki seseorang. Di antaranya, produk keuangan, bisnis atau usaha, aset yang disewakan, serta barang hasil ciptaan.
Produk keuangan yang masuk dalam kategori harta produktif antara lain, tabungan, deposito, reksadana, asuransi yang ada unsur investasi, ORI, saham, obligasi, dan sebagainya. Sedangkan harta produktif dalam bentuk aset yang disewakan bisa berupa rumah, tanah, mobil, dan sebagainya. Sementara barang hasil ciptaan bisa berupa buku, lagu, dan sebagainya.
Meski ada berbagai jenis harta produktif, tapi ada beberapa jenis harta yang kelihatannya produkif tapi sebenarnya tidak. Sebut saja rekening tabungan yang hanya jadi media transfer gaji, rumah yang ditempati sehari-hari, dan sebagainya. Namun, pada prinsipnya, barang produktif merupakan barang yang dimiliki yang menghasilkan uang atau menambah aset kekayaan yang dimiliki.
"Emas berbentuk perhiasan tak bisa dikategorikan sebagai harta produktif. Itu karena perhiasan memiliki tren serta akan mengalami penyusutan. Sehingga, bagi yang ingin berinvestasi emas dan menjadikan emas sebagai harta produkif bisa memilih emas batangan,"ungkap Safir.
Selanjutnya, untuk bisa mengumpulkan harta produktif, seorang karyawan yang notabene hanya mengandalkan gaji bulanan, bisa mengumpulkannya melalui dua pilihan cara. Yakni dengan menyisihkan dari gaji bulanan maupun menyisihkan dari bonus tahunan.
Besarnya dana yang akan disisihkan bisa disesuaikan dengan kemampuan masing-masing orang. Dana tersebut bisa disimpan dalam bentuk tabungan berjangka, reksadana atau melalui produk unit link. Sementara uang yang disisihkan dari bonus bisa diinvestasikan dalam bentuk lain seperti membeli ORI atau surat utang. (*)


Dahulukan Membayar Hutang

CARA lain yang harus dilakukan agar seorang karyawan bisa mewujudkan keinginannya menjadi kaya adalah dengan mengatur pengeluaran secara benar. Sebab, kebutuhan yang kian meningkat kadang membuat seseorang menjadi cenderung memiliki pengeluaran lebih besar dibandingkan pemasukan.
Akibatnya, keuangan mengalami defisit yang bisa berpotensi menjadi benih kekacauan pengaturan keuangan yang semakin menjauhkan seseorang dari kekayaan. Sehingga, pengaturan pengeluaran secara benar menjadi hal penting untuk segera dilakukan.
"Ada tiga hal yang bisa dilakukan untuk mengontrol pengeluaran Anda. Yakni dengan membedakan antara kebutuhan dan keinginan, menyusun prioritas pengeluaran, serta mengetahui cara mengeluarkan uang secara bijak untuk setiap pos pengeluaran,"ungkap Safir Senduk.
Sekarang ini, tidak sedikit orang yang tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Akhirnya, orang justru lebih banyak mengeluarkan uang untuk memenuhi keinginannya dibandingkan kebutuhannya.
Sebenarnya, ada cara mudah untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kalau kebutuhan harus dipenuhi sekarang sedangkan keinginan bisa nanti. Kebutuhan ada batasnya sebaliknya keinginan tak ada batasnya. Dan terakhir, tidak semua kebutuhan Anda inginkan tapi tidak semua keinginan Anda butuhkan.
Setelah pembedaan antara kebutuhan dan keinginan dilakukan, langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas pengeluaran kita. Sebagai gambaran, ada cara untuk menentukan prioritas pengeluaran. Yakni membayar cicilan hutang pada prioritas pertama, dilanjutkan tabungan dan investasi, membayar premi asuransi dan terakhir untuk biaya hidup.
"Yang tak kalah penting terkait pengaturan pengeluaran keuangan ini adalah mengeluarkan uang secara bijak. Caranya dengan menjadi hemat serta berhati-hati dengan diskon. Hemat disini adalah hemat kreatif bukan hemat yang kikir lho,"jelasnya.
Sementara, pentingnya berhati-hati dengan diskon itu karena diskon bisa menjadi "penguras" uang serta membuat pengeluaran bengkak. Sebab, tidak semua diskon yang diberikan memang benar-benar diskon. Selain itu, barang diskon yang kita beli juga belum tentu dibutuhkan.
Diskon itu sendiri terbagi menjadi beberapa kategori yakni diskon murni yakni benar-benar diskon, diskon up to, diskon ganda yakni sekian persen plus sekian persen, serta diskon bersyarat. Banyaknya jenis diskon tersebut secara otomatis membutuhkan kecermatan bagi siapa saja yang ingin membeli barang diskon. Artinya, sebelum membeli barang diskon tak ada salahnya menghitung dulu harga barang setelah diskon. (*)


Rencanakan Masa Depan dari Sekarang

HAL lain yang tak kalah penting diperhatikan untuk menjadi kaya adalah dengan merencanakan masa depan secara matang. Sebab, sebetulnya masa depan bukanlah sebuah misteri sepanjang disiapkan dari sekarang.
Salah satu caranya adalah dengan menyiapkan dana untuk membayar pos-pos pengeluaran besar di masa mendatang. Sebab, setiap orang pasti akan memiliki pos pengeluaran yang sangat banyak di masa mendatang. Dan jika tidak dipersiapkan secara matang, bisa mengacaukan pengaturan keuangan.
"Ada lima pos pengeluaran di masa depan yang bisa dipersiapkan dari sekarang. Yakni untuk pendidikan atau sekolah anak, untuk tabungan hari tua atau pensiun, untuk properti seperti rumah, kendaraan, dan barang-barang, untuk bisnis, serta untuk liburan atau perjalanan ibadah,"ungkap Safir Senduk.
Anggaran pendidikan anak merupakan pos yang baru akan dikeluarkan setelah anak memasuki bangku sekolah. Meski sudah pasti akan dikeluarkan, tapi tidak sedikit orang yang justru tidak menyiapkan anggaran ini jauh-jauh hari. Akibatnya, waktu hari H tiba, orangtua masih harus pusing mencari anggaran tersebut.
Anggaran lain yang penting dipersiapkan di masa mendatang adalah tabungan hari tua atau lazim disebut dana pensiun. Dengan usia yang tak lagi produktif, tentu saja dibutuhkan tabungan yang bakal menjadi sumber pemasukan keuangan.
"Ada banyak cara yang bisa ditempuh untuk menyiapkan anggaran pensiun ini. Yakni dengan mengikuti Jamsostek, mengikuti program dana pensiun yang diselenggarakan lembaga keuangan, investasi sendiri atau membuka bisnis,"jelas Safir yang juga pendiri situs www.perencanakeuangan.com ini. (*)

1 komentar:

Terimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan komentar Anda