.

08 Mei 2008

Perlukah Konseling ke Dokter Kandungan Sebelum Menikah?

Konseling pra nikah penting untuk dilakukan. Foto by www.freepik.com

PERLUKAH KONSELING KE DOKTER SPOG SEBELUM MENIKAH?

ANAK merupakan impian setiap pasangan yang menikah. Selain untuk meneruskan keturunan, buah hati diharapkan bisa menjadi kebanggaan kelak di kemudian hari.

Tetapi, tidak semua pasangan beruntung dan mendapatkan apa yang mereka idamkan.

Untuk menghindari kegagalan dalam mendapatkan keturunan, saat ini berbagai usaha bisa dilakukan.





Bahkan, sejumlah dokter juga menyediakan layanan konsultasi bagi pasangan yang ingin memiliki anak. Marriage Counseling --konseling menjelang pernikahan-- misalnya.


Rangkaian konsultasi yang berisi tanya jawab serta pemeriksaan fisik ini diyakini bisa mendeteksi secara dini bila seseorang mengalami kelainan atau tidak subur.

Agar bisa terdeteksi semuanya, konseling harus dilakukan pada kedua pasangan.

"Pada prinsipnya konseling ini dilakukan untuk mencari cara penyembuhan sejak dini bila ternyata satu di antara pasangan atau bahkan keduanya tidak subur atau infertil. Jadi, minimal konsultasi dilakukan tiga atau enam bulan sebelum hari pernikahan," kata dr M Saman SpOG, Spesialis Kebidanan dan penyakit Kandungan RS Santa Elizabeth.

Lamanya jarak pemeriksaan tersebut, karena proses pengobatan agar seseorang yang mengalami gejala tidak subur baik pria maupun wanita minimal tiga bulan.

Sehingga, bila pengobatan dilakukan secara tepat, saat mempelai akan melangsungkan pernikahan keduanya siap lahir dan batin.

Mengenai kecenderungan kemungkinan pemutusan hubungan satu pihak jika ternyata pasangan mereka diketahui tidak subur, Saman mengatakan keputusan itu tergantung pada pasangan itu sendiri.

Namun, dalam etika kedokteran jika pasien mengalami masalah maka kerahasiaannya bakal dijaga.

"Biasanya mempelai tahu masalah yang dialami dari pasangan itu sendiri," tambahnya.

Sebenarnya, perlunya pemeriksaan itu bukanlah satu upaya memojokkan salah satu dari pasangan yang akan menikah.
Tetapi justru menjadi antisipasi dini agar jangan sampai terlambat dalam melakukan pengobatan.

Dan bagi orang barat, marriage counselling sudah menjadi tradisi dan budaya yang dilakukan sebelum menikah.

"Selama tiga tahun saya bertugas di Batam, saya belum pernah membantu konseling pasangan yang akan menikah. Padahal, jika mereka mengetahui arti penting konseling, saya yakin setiap pasangan akan memeriksakan diri," jelasnya. (*)


Bentuk Sperma Harus Diperiksa

KONSELING menjelang pernikahan ternyata memiliki rangkaian yang cukup panjang. Tetapi bagi yang memiliki waktu serta dana terbatas, konseling sesuai standar bisa menjadi pilihan tersendiri.

Beberapa pemeriksaan standar itu di antaranya pemeriksaan kualitas sperma calon mempelai laki-laki. Ada beberapa hal yang perlu diketahui dari sebuah sperma yakni jumlah, bentuk serta gerakan.

Sperma yang baik, menurut dr M Saman SpOG, Spesialis Kebidanan dan penyakit Kandungan RS Santa Elizabeth, berbentuk lanset atau agak lancip di bagian kepalanya.

Bukan hanya itu, gerakan gerakan sperma juga harus lurus.

"Mengenai jumlah, setiap laboratorium memiliki standar masing-masing mulai 2 juta per cc hingga sekian juta," katanya.

Bagi yang sedang mengalami kelainan sperma, Saman menganjurkan agar pria tersebut secara intensif memeriksakan masalah itu kepada dokter. Sebab, cukup dengan mengkonsumsi obat-obatan dari dokter minimal tiga bulan, masalah itu akan bisa diatasi.

Sementara, rangkaian konseling yang perlu dilewati wanita yang akan menikah antara lain dengan melakukan KIE (konseling, informasi dan edukasi). Dalam tahapan ini, calon mempelai wanita akan diberikan pertanyaan seputar siklus haid, serta kebiasaan apakah saat haid sakit atau tidak.

Karena, rasa sakit yang menyertai masa haid ternyata berpengaruh pada subur atau tidaknya seseorang. Jika sakit yang dirasakan masuk kategori berat contonhnya muntah-muntah atau pingsan, maka bisa jadi ada masalah kesuburan.

Langkah kedua dalam konseling adalah pemeriksaan fisik terdiri dari Obstetri yang berguna mendeteksi apakah seseorang terkena tumor maupun kista atau tidak. Setelah itu, pemeriksaan dilanjutkan dengan USG. "USG dilakukan untuk memeriksa kondisi dalam perut," ujarnya.

Jika masih belum puas, pemeriksaan bisa ditambahkan dengan laparoscopic diagnotic yakni dengan menusukkan alat berupa jarum ke dalam perut. Dengan cara ini, hasil diagnosa akan lebih lengkap dibandingkan jenis pemeriksaan lainnya.(*)



1 komentar:

Terimakasih sudah mampir, silahkan tinggalkan komentar Anda